RENUNGAN HARI KARTINI, EMANSIPASI SALAH ARAH?

Administrator 21 April 2025 06:21:12 WIB

Kita patut bangga, dengan terpilihnya dr. Amalia Desiana sebagai Bupati Banjarnegara perempuan pertama dan merupakan simbol Kartini masa kini. Semangat kesetaraan gender inilah yang menjadi salah satu modal beliau dalam menata Banjarnegara semakin baik kedepan dengan penuh rasa kasih bagaikan seorang ibu yang merawat anak-anaknya.

Hari ini senin 21 April 2025, merupakan momentum peringatan Hari Kartini. Mari kita renungkan sejenak, 21 April bagaikan hari-hari rutin yang terulang setiap tahunnya. Datang dan pergi tiada meninggalkan kesan. Padahal jasa seorang pendobrak patut diingat untuk terus diperbaharui agar ide-ide dasar seorang Kartini berkembang dan terus hidup dengan pemikiran dan pola budaya masyarakat kita. Jangan sampai ide Kartini yang baik justru diboncengi oleh budaya asing dan tidak bermoral atau bertentangan dengan yang dicita-citakan sejak semula oleh seorang Kartini

Mengingat kembali perjalanan kehidupan kaum perempuan sejak Kartini dilahirkan sampai hari ini memang jauh memiliki kemajuan. Sudah banyak kaum Kartini yang berpendidikan menjalankan profesi selain ibu rumah tangga di luar rumah dengan berbagai pekerjaan atau profesi bahkan jauh melebihi kaum Adam yaitu menjadi pemimpin, seperti gubernur, bupati dan wali kota. Oleh sebagian golongan kaum tuhan kita dianggap masih merupakan yang kontraversi. Memang kaum wanita tidak perlu disejajarkan dengan kaum pria. Banyak perempuan yang merendahkan pria, banyak perempuan bekerja yang mulai menginjak atau memandang rendah pria.

Melihat perjuangan kaum Kartini dalam wujud emansipasi wanita ini dalam pandangan saya sudah kebablasan. Ada diantara kaum Kartini walaupun hanya segelintir tidak menempatkan kehidupan keluarga dan karir dalam keadaan yang seimbang. Dikorbankan kehidupan sebuah keluarga seperti punya suami dan anak hanya untuk mengejar karir atau pekerjaan. Maka kodratnya sebagai wanita ditinggalkannya. Ini jauh dari yang diinginkan oleh bunda kita Kartini puteri sejati. Sebagai manusia normal seorang Kartini kodratnya adalah seorang wanita yang memiliki naluri untuk berkeluarga bersama suami dan anak-anak. Kehidupan yang normal sesuai dengan ajaran Islam dan agama-agama lain di Indonesia. Untuk pekerjaan atau profesi apapun hanyalah sebagai pelengkap dalam kehidupan bukan yang utama. Oleh karena itu sebagai sebuah pelengkap tidak boleh mengorbankan yang utama. Dalam Undang-Undang Perkawinan kita setiap kita memang menghendaki hidup yang bahagia dan kehidupan yang bahagia itu hanya mungkin dengan membentuk sebuah keluarga dengan melalui suatu perkawinan.

Sadar atau tidak, Emansipasi wanita dalam waktu akhir-akhir ini sudah mulai kelewatan atau salah arah. Gambaran sederhana dapat dilihat dari maraknya perceraian dalam sebuah perkawinan. Umumnya perceraian itu senjata laki-laki. Tapi anehnya, jumlah terbesar perceraian yang terjadi di pengadilan agama diberbagai tempat di tanah air kita atas dasar keinginan atau gugat cerai kaum Kartini terhadap suaminya. Apakah salah dalam menentukan pilihan pasangan hidup yang berkualitas, yang dilanjutkan dengan suatu perkawinan yang sah untuk membentuk keluarga yang bahagia. Atau perkawinan hanya sebuah terminal dalam kehidupan, sebagai tempat persinggahan sementara setelah itu lanjut kembali. Sehingga tidak jarang suatu perkawinan yang dibangun dengan susah payah menjadi berpisah di tengah jalan karena perselisihan yang tak kunjung selesai dalam berumah tangga.

Dari sisi wanita yang berkeluarga banyak diantara mereka yang setiap hari keluar dari rumahnya dengan alasan karir, meninggalkan bayinya sendiri tak terurus atau paling banter menyewa baby sitter. Mereka inilah orang-orang yang terlena oleh ide-ide emansipasi yang didengungkan oleh Kartini tetapi berlebihan. Apa mentang-mentang derajatnya diangkat oleh ibu kita Kartini lantas laki-laki mau mereka langkahi ?

Saat ini yang perlu kita lakukan evaluasi ulang adalah apakah kondisi saat ini sudah benar arah emansipasi yang dicita-citakan oleh seorang RA Kartini?

Cita-cita emansipasi RA Kartini ni arahnya jelas adalah agar pelaksanaan kewajiban seorang wanita menjadi lebih baik atau berkualitas dengan diikutkan mengecap pendidikan. Bukan untuk bersenang-senang dan melalaikan kewajibanya sebagai seorang wanita atas nama dan dalih kesetaraan gender.





Komentar atas RENUNGAN HARI KARTINI, EMANSIPASI SALAH ARAH?

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Sinergitas Program

Layanan Mandiri


Silahkan datang ke Kantor Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukan NIK dan PIN

Komentar Terkini

Statistik Pengunjung

Hari ini
Kemarin
Jumlah pengunjung

Lokasi Desa Badamita